Minggu, 18 Juni 2017

JAJE SUWEG



            Tanaman suweg tergolong tanaman yang tumbuh dengan liar, tanaman suweg sering ditemui di hutan – hutan. Tanaman suweg ini sudah sedikit sudah untuk ditemukan namun jika didaerah pedesaan mungkin masih bisa ditemukan. Umbi suweg memiliki ukuran yang lebih besar dari umbi – umbi yang lainnya. Manfaat dari umbi suweg adalah untuk mengobati diabetes, umbi suweg mempunyai kandungan serat yang sangat tinggi namun rendah dengan kandungan gula. Selain untuk mengobati diabetes suweg juga dapat digunakan untuk mencegah adanya kanker. Suweg dapat mencegah sel – sel kanker yang berkembang di dalam tubuh karena suweg dapat memberikan sistem pertahanan terhadap sel kanker. Umbi suweg memiliki kandungan yang kaya akan karbohidrat. Cara membuat jaje suweg sangat mudah yaitu dengan cara :
1.      Terlebih dahulu mencari umbi suweg
2.      Cuci umbi suweg tersebut sampai bersih
3.      Setelah dicuci lalu bersihkan kulit dari umbi suweg tersebut
4.      Selesai membersihkan umbi dari kulitnya lalu potong – potong umbi suweg tersebut sesuai selera.
5.      Setelah dipotong – potong umbi suweg kemudian dikukus
6.      Setelah mengukus kemudian memarut kelapa, parutan kelapa tersebut diisi sedikit garam
7.      Setelah selesai mengukus umbi suweg lalu umbi suweg tersebut diisi dengan parutan kelapa diatasnya.
8.      Kemudian jaje suweg bisa dikonsumsi. 

 Gambar diatas adalah gambar Jaje Suweg tersebut

TARI LEKO SEBAGAI TARI YANG HAMPIR PUNAH DI TABANAN



Tarian leko merupakan tarian hampir punah yang berada di Banjar Tinungan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Jenis pementasan tarian leko menyerupai tarian joged. Tarian Leko ini bukan kategori tarian sakral. Tarian ini juga sangat jarang di pentaskan dalam ritual keagamaan. Biasanya Tari Leko lebih sering dipentaskan dalam peringatan ulang tahun sekaa teruna teruni. Alasan tarian tersebut dinamai Leko karena instrument yang digunakan mengiringi tarian ini semuanya terbuat dari bahan baku bambu. Adapaun instrument pengiring tarian ini di antaranya adalah tingklik, kempul, kempli, kendang, cengceng, dan jegong. Tarian Leko ini lebih mengutamakan pakem atau tidak berisi gerakan erotis. Hal tersebut menyebabkan peminat tarian Leko relatif sedikit. Tarian Leko menggunakan gelungan (hiasan kepala pada penari).
Kesenian Leko yang berada di banjar tersebut merupakan warisan, telah ada dan aktif sebelum tahun lima puluhan dan tidak aktif lagi tahun enam puluhan. Joged jenis ini menampilkan gerak tarian menyerupai gerak tari legong keraton sebagai pementasan, penampilan joged Leko diawali dengan condong yang dibawakan oleh seorang penari dengan gerak – gerak abstrak, lalu dilanjutkan dengan kupu – kupu tarumyang dibawakan oleh sepasang penari untuk menggambarkan kemesraan sepasang kupu – kupu yang bercengkrama di sebuah taman bunga. Usai kupu – kupu tarum, penampilan dilanjutkan dengan Onte yang juga dibawakan secara berpasangan. Disusul kemudian dengan Goak Manjus yang menggambarkan sepasang burung gagak sedang mandi dengan riangnya. Terakhir, tampilan joged yang dibawakan beberapa penari yang di tampilkan secara bergiliran. Setiap penari menunjuk salah satu laki – laki dari kerumunan penonton yang akan diajak sebagai pasangang menari dalam beberapa putaran. 
           Gambar diatas adalah gambar dua orang perempuan yang sedang menarikan Tarian Leko





Daftar Pustaka
Mudra, I Wayan. 2011. “Rekontruksi Kesenian Leko Di Banjar Adat Tinungan”. Dalam repo.isi-dps.ac.id. Diunduh pada 17 Juni 2017.
Balipost.2017. “Tari Leko”. Dalam www.balipost.com. Diunduh pada 17 Juni 2017.

NGEROROD



Ngerorod atau lebih di kenal dengan istilah kawin lari adalah calon mempelai laki – laki dan wanita sudah sepakat untuk melakukan perkawinan. Tetapi rencana perkawinan mereka tidak direstui atau tidak mendapat dukungan dari orang tua calon mempelai wanita. Akhirnya mereka sepakat untuk kawin lari atau melarikan diri meninggalkan rumah masing – masing menuju suatu tempat untuk bersembunyi menurut kehendak calon mempelai laki – laki. Biasanya perkawinan ngerorod ini dilakakukan karena perbedaan wangsa atau kasta dari masing – masing mempelai. Dalam perkawinan ngerorod ini unsur yang paling utama adalah unsur suka sama suka dari kedua belah pihak mempelai. Apabila tidak terpenuhinya atau terbukti adanya pemaksaan terhadap pihak wanita untuk ngerorod maka si pria dapat di penjara. Perlu adanya unsur suka sama suka akan memperkuat sifat kawin lari tersebut. Sebab akan terlihat bahwa dalam perkawinan tersebut mereka lari bersama, tidak ada pihak yang melarikan atau tidak ada pihak yang dilarikan. Tata cara perkawinan ngerorod ini umumnya melalui tahapan dan syarat sebagai berikut :
1.      Umur calon pengantin sudah cukup untuk perkawinan
2.      Ngerorod benar – benar dilakukan atas kehendak kedua belah pihak
3.      Tempat yang dituju atau tempat persembunyian dilakukan dirumah pihak ketiga
4.      Secepatnya, sesudah kedua calon penganti mendapat perlindungan pada pihak ketiga, diutuslah kerumah orang tua wanita untuk menyatakan bahwa keduanya sudah ngerorod.
5.      Orangtua wanita berhak menyelidiki ngerorod tersebut, apakah betul – betul dilakukan secara tulus ikhlas oleh kedua calon pengantin tersebut.
6.      Jika ngerorod tersebut memenuhi syarat maka upacara perkawinan dapat dilakukan. 

KEPERCAYAAN MEMAKAI SELENDANG PADA SAAT BEPERGIAN



Pada umumnya selendang biasanya dipakai di bagian pinggang, namun di Tabanan khususnya di Desa Marga selendang tersebut dipakai di leher. Selendang yang dipakai dileher ini tidak di gunakan oleh setiap masyarakat pada umumnya, namun yang menggunakan selendang pada leher ini ialah ibu – ibu yang setelah melahirkan dan mempunyai anak masih bayi. Ibu – ibu yang memiliki bayi masih kecil jika bepergian pasti menggunakan selendang yang melingkar di lehernya. Menurut kepercayaan di Desa Marga ibu – ibu yang memiliki bayi masih kecil harus menggunakan selendang di lehernya jika bepergian ke luar rumah, selendang tersebut digunakan agar tidak ada makhluk halus yang mengganggu atau mengusik bayinya.
Biasanya jika seorang ibu tidak memakai selendang di lehernya pada saat bepergian ke luar rumah maka anaknya akan menangis tidak henti – hentinya dan juga anak tersebut sering rewel. Jika pada malam hari bayinya menangis dan tidak henti – hentinya, maka kebanyakan orang bilang ibunya tidak memakai selendang pada saat bepergian. Biasanya selendang yang digunakan ialah selendang biasa yang dipakai pada saat ke pura. Hal ini juga menurut kepercayaan setiap masing – masing orang. Ada juga seorang ibu yang bepergian keluar rumah tidak menggunakan selendang di lehernya. Namun anaknya tidak rewel atau pun tidak menangis. Tetapi dari yang saya lihat kebanyakan seorang ibu jika bepergian memakai selendang di lehernya.